Saya tidak stres. Tidak depresi. Tidak sedih juga.
Tidak ada konflik. Tidak ada peristiwa berarti belakangan ini.
Tapi, pikiran saya penat.
Membuncah di dalam otak, seolah-olah siap meledak setiap saat.
Hal-hal yang dahulu menyenangkan, menjadi mati rasa. Saya seperti mayat hidup kelimpungan.
Penyebabnya apa?
Bukan berarti saya benar-benar tidak tahu apa penyebabnya. Saya tahu benar apa penyebabnya.
Dan saya juga tahu, jikalau saya berkata seperti di atas, akan muncul orang-orang yang dengan ke-sok-tahuannya merangkum asumsi-asumsi bak ahli atau profesor dalam ilmu kehidupan dan kemudian menghakimi saya dan berusaha membuat hidup saya benar karena mereka merasa bahwa merekalah yang paling benar (ups, salah fokus xixixi XD)
Saya tersentil dengan tulisan satu orang yang iseng-iseng saya baca di salah satu sosial media.
Bahwa menulis adalah bentuk terapi terbaik untuk memulihkan 'luka' jiwanya.
Saya juga pernah mencoba untuk menulis jurnal pribadi karena saya merasa bahwa menulis sesuatu yang pribadi dalam blog akan menjadi pedang untuk saya di kemudian hari. Namun, menulis jurnal pribadi sangat berbeda dengan menulis blog karena ketika saya menulis jurnal pribadi, maka mindset saya sudah ter-setting bahwa tulisan tersebut hanya saya sendiri saja yang membaca, yang hasilnya adalah saya menulisnya asal-asalan dan tidak enak dibaca.
Akhirnya, berakhirlah jurnal pribadi saya dalam 3 lembar saja.
Sedangkan ketika saya menulis blog, saya dengan hati-hati menyusun kata-kata secara apik dan sistematis, sehingga saya sendiri tidak sakit mata ketika membacanya. Bagian yang paling menyenangkan, menurut saya adalah ketika memori kita terbang pada kenangan masa lampau ketika membaca kembali tulisan blog. Kenangan masa lalu yang terbungkus cantik dalam kata-kata, sekalipun kenangan tersebut merupakan kenangan paling menyakitkan, namun tetap terkenang indah dalam ingatan. Seolah-olah bahwa hal-hal yang menyakitkan itu membawakan energi positif bagi saya sendiri, sang penulis. Menjadikan saya pribadi positif dan seolah menyemangati saya untuk melakukan hal-hal yang positif. Jika hal tersebut berdampak positif bagi saya sebagai penulis, maka sudah tentu hal tersebut memberikan dampak positif juga bagi pembacanya.
Terima kasih kepada 'seseorang' di sana yang mau membeberkan perjuangannya memulihkan dirinya sendiri dan kemudian membuka 'lukanya' lebar-lebar kepada orang banyak, sehingga menginspirasi saya untuk terus menulis. Saya kini tahu betapa besarnya efek tulisan kita sendiri bagi diri kita dan juga orang lain. Saya berusaha ngga akan berhenti menulis, ngga akan berhenti menolong diri saya sendiri, dan juga tidak akan berhenti memberikan dorongan, inspirasi kepada orang banyak untuk melakukan hal positif.
Love,
Freya
Memperlambat
-
Lampu lintas ada 3: merah, kuning, dan hijau. Kita semua tahu itu. Merah
adalah berhenti, hijau artinya jalan. Lampu kuning? Dalam praktiknya,
sering...
7 years ago