Dimulai dari saat gw masih kelas 4 SD ketika gw masih polos, imut dan tidak mau mikir yang susah-susah, gw ngga pernah nyangka sama sekali kalo keluarga besar gw yang hampir seluruhnya mengenyam pendidikan tinggi, dan terutama dari keluarga sisi nyokap yang otaknya encer-encer itu MASIH PERCAYA TAKHYUL!!!
Gw baru sadar akan kepercayaan mereka itu pada saat gw liburan kenaikan kelas ke kelas 4 SD, gw pergi berlibur bersama keluarga besar yang terdiri dari bokap-nyokap, 2 adek, 2 paman dan 2 bibi, dan 3 sepupu. Kami melakukan perjalanan jauh dari Jakarta menuju Medan dengan mengendarai 1 mobil kijang. Bokap dan 2 paman bergantian menyetir mobil. Ketika salah seorang menyetir, maka seorang lagi harus stand by duduk di samping sebagai navigator, dan seorang lagi beristirahat di belakang agar sekiranya dapat menyetir di malam hari.
Gw, nyokap, adek-adek, bibi dan sepupu-sepupu yang masih kecil duduk di bagian kursi tengah mobil. Sisanya duduk di sisi paling belakang mobil. Kalo tidak salah ingat (maklum sekarang kalo ke Medan udah ngga pernah lagi naik mobil, tapi pesawat. Bukannya nyombong, tapi kita sekeluarga udah trauma bawa mobil untuk perjalanan jauh. Traumanya kenapa, kalian baca aja selanjutnya), estimasi perjalanan Jakarta-Medan pake mobil itu kira-kira 3-4 hari. Dalam perjalanan, kita berencana menginap di 3 kota untuk beristirahat saja, yaitu Palembang, dan selanjutnya gw lupa kota apa lagi hahaha.
Di dalam kota terakhir yang kami singgahi untuk beristirahat itu, gw mimpi buruk. Mimpi gw itu isinya kami sekeluarga lagi naik kapal besar, lalu kemudian muncul badai besar yang menggoncangkan kapal hingga tak karu-karuan. Kami berteriak-teriak dan terpencar-pencar hingga satu sama lain tidak tahu menahu mengenai posisi masing-masing. Yang kami tahu kami harus bertahan di tengah badai besar dan harus berusaha sekuat tenaga agar tidak jatuh ke lautan. Setelah badai berlalu, kami masing-masing saling mencari satu sama lain dan sangat lega semuanya baik-baik saja tanpa luka yang berarti. Lalu, tiba-tiba salah satu bibi berteriak menanyakan di mana salah satu paman kami. Semua orang kembali panik dan seperti kesetanan mereka memanggil nama paman yang hilang ke segala penjuru arah.
Habis itu gw kebangun, dan gw menganggap mimpi itu tidak ada maknanya sama sekali. Sampai keesokan harinya, entah kenapa perasaan gw ngga enak sama sekali. Seolah ingin muntah, tapi tidak muntah-muntah. Nyokap menyarankan gw untuk tidur, dan saat gw hendak tertidur pulas, mobil kami tiba-tiba melakukan manuver aneh hingga kepala gw rasanya berputar-putar. Mobil kami terguncang dahsyat yang membuat gw teringat pada mimpi gw di dalam kapal yang diguncang-guncangkan ombak seperti mainan.
Ketika gw membuka mata, banyak orang yang ngga gw kenal mengerubungi mobil, dan gw disuruh mengulurkan tangan kepada mereka agar mereka dapat menarik gw keluar lewat jendela. Saat gw digendong keluar, gw kaget ngelihat mobil dalam posisi terbalik dengan serpihan-serpihan metal dan kaca yang bercampur darah di satu sisi. Gw ngga sempat berpikir macam-macam, kepala gw sakit dan pusing. Gw disuruh rebahan di tempat tidur salah satu masyarakat di sana. Bokap dan nyokap nggak lama datang. Mereka memeriksa badan gw untuk menemukan ada luka atau tidak. Gw bilang gw ngga luka sama sekali, tapi kepala sakit banget.
Entah gimana ceritanya, gw akhirnya tahu salah satu paman meninggal. Tapi yang anehnya lagi adalah...salah satu dari kami tidak ada yang luka parah (yang paling parah cuman kebaret-baret kena kaca doang. Itu juga cuman 2 orang). Patah tulang pun tak ada. Lalu, bagaimana ceritanya paman kami meninggal sementara kami luka saja tidak? Itulah yang masih menjadi pertanyaan besar sampai sekarang. Mereka bilang sih ini karena ulah goib.
Singkat cerita, di kota di mana kami mengalami kecelakaan, bokap menyewa 2 mobil. Satu mobil untuk kami sekeluarga, dan satu mobil lagi adalah mobil jenazah yang mengantarkan mayat paman ke kampung halaman kami.
Gw masih ingat banget, saat itu mobil kami duluan yang sampai. Gw sempat turun dari mobil dan kemudian melihat beberapa wanita langsung berteriak histeris saat pintu mobil jenazah dibuka. Itu Opung boru alias nenek dengan istri dari paman yang meninggal tadi. Hampir semua saudara bokap yang tinggal di luar kota berbaris hendak memeluk jenazah yang ditutupi kain putih. Beberapa petugas jenazah dan bokap tampak sigap menurunkan jenazah dari mobil, lengkap dengan sapu tangan menutupi hidung mereka. Kira-kira sekitar 1-2 hari, acara pemakaman diadakan di rumah Opung kami. Semua orang berteriak dan menangis, bertanya-tanya kenapa Tuhan bisa sekeji itu.
Setelah jenazah dimakamkan, semua orang saling berbicara dengan mata sembab sebesar bola pingpong dan suara halus serak seperti orang berbisik karena seharian mereka menangis sambil berteriak. Salah satu kakak bokap bilang kalo dia sama sekali tidak ada firasat akan kehilangan adiknya. Yang lainnya juga mengiyakan, merasa ada sesuatu yang aneh dalam peristiwa ini. Lalu, gw dengan sotoynya, sok heroik menyombongkan diri bahwa gw sempat mimpi buruk sebelum kecelakaan. Setelah gw cerita hingga ke detil-detil, salah satu kakak bokap sontak berteriak (aneh juga dia masih bisa teriak, padahal dia yang paling keras nangisnya dan pas ngomong udah kayak ngomong pake bahasa kalbu), "KENAPA KAMU NGGA BILANG-BILANG KALO KAMU MIMPI BURUK?! HARUSNYA KAMU BILANG SAMA BAPAKMU!!!"
Gw lupa apakah gw sempat dimarahin panjang lebar ato gimana, tapi yang gw ingat gw ngerasa sangat tersudutkan, sangat tersindir, dan sakit hati tingkat dewa. Gw nyesal setengah mati gw cerita soal mimpi itu. Ya mana gw tahu kalo mimpi gw itu ada maknanya. Emangnya bisa ngubah keadaan kalo gw cerita? Gw ingat banget setelah kejadian itu gw selalu, selalu dan selalu diingatkan agar selalu cerita sama orangtua setelah bermimpi buruk.
segitunya...percaya ama mimpi buruk. Kok orang-orang tua, enggak Jawa enggak Medan sama aja ya..hehe...
ReplyDeletengerti banget kok, orang Batak gimana :")
ReplyDelete