Capek saya capek!
Kita berdua selalu berdebat soal masalah yang sebenarnya sepele. Hal yang bisa diselesaikan dengan mudah jika saja kita berdua bisa berpikir dengan kepala dingin. Entah kenapa kita selalu bertengkar di waktu yang salah. Dan kamu selalu dan selalu tidak bisa membuat keadaan menjadi lebih baik ketika segalanya menjadi sangat sulit buat saya.
Capek saya capek!
Kamu selalu menghakimi saya. Mengucapkan kata-kata kutukan sebagai candaan yang sebenarnya bukanlah gaya saya banget. Saya selalu berusaha memaklumi kamu. Saya selalu mencoba mengerti kamu di balik topeng kasar, tidak bermoral kamu. Saya benar-benar mencoba mencari jati diri kamu yang sebenarnya di balik imej dirimu yang sangat menyebalkan. Saya terus mencoba dan mencoba karena selama dua tahun ini kamu terus bertahan tinggal di sisi saya walau saya sudah menyakiti kamu terus-terusan karena saya tidak bisa membalas perasaan kamu.
Tapi, walau bagaimanapun saya manusia. Kesabaran saya ada batasnya.
Selalu saja ketika saya terpuruk dan mencari tempat bernafas, kamu selalu menghempas saya ke jurang, meludahi saya sambil bersumpah serapah menghina saya dan kemudian mengungkit-ungkit masa lalu.
Kenapa kamu harus seperti itu?
Sudahlah, lebih baik kita tidak usah bicara saja sama sekali jika semua yang kamu katakan selalu menyakiti saya.
Dari dulu saya sebenarnya tidak butuh kamu, tapi kamu selalu datang dan mencari saya. Saya yang tidak enak jadi terpaksa meladeni orang kasar dan tidak bermoral seperti kamu. Apapun yang saya bilang, selalu ngga nyambung sama kamu. Kamu tidak bisa membedakan mana yang baik dan buruk. Kamu berkompromi dengan kejahatan. Isi kepalamu hanyalah uang, uang dan uang. Jangan-jangan kamu mendekati saya karena uang?
Sudahlah, saya tidak akan pernah lagi berbicara denganmu. Kalau saya di samping kamu, saya akan hancur seperti kamu. Menurut kamu, kenapa saya menolak kamu terus-terusan? Kamu selalu menjelek-jelekkan pria-pria yang saya sukai karena kamu mengira mereka alasan saya menolak kamu? Seharusnya kamu melihat dirimu sendiri di kaca. Bukan mereka, tapi diri kamu sendiri alasannya.
Yah, saya juga tahu kamu tidak mau tahu soal pendapat saya. Saya tahu saat ini pasti kamu menjelek-jelekkan saya ke semua orang yang kamu kenal. Seperti yang kamu bilang ke saya kemarin kalau saya gila, delusional, retarded? Terserah kamu mau ngomong apa soal saya. Saya tidak peduli. Kamu saja yang tidak tahu bagaimana orang normal berpikir dan berpendapat.
Pasti akan ada saatnya di mana kamu akan menemui hal-hal yang saya bilang ke kamu dan kemudian kamu teringat pada saya.
Mulai sekarang jalani hidup kita masing-masing. I don't want to have anything to do with you anymore. I don't want to see you anymore at the crossroads of my life ever again.
Sudahlah, saya capek.
Sabar ya... tapi ya mendingan jgn ama dia lagi lah kalo bikin lu jd kesel mulu ya..
ReplyDeletecara seseorang mengungkapkan perasaannya emang berbeda2, cuma kalo kita sudah mau mengerti dan memahami tapi seseorang itu tetap menyakiti hati kita, buat apa. ga usah dianggep aja kata2 yang nyakitin hati kamu. anggep aja angin. emang dia oke gitu. hehehe..
ReplyDelete