Seseorang pernah bilang ke saya, "Hidup kamu kok kayak sinetron?"
Saya tertawa. Menurut saya, rasa-rasanya tidak seperti itu deh. Kemudian saya berpikir, apa karena saya ceritanya rada lebay ato gimana ya? Kenapa dia malah bilang kayak gitu? Tapi sungguhan kok kalo apa yang saya pernah ke cerita ke dia itu yang sebenar-benarnya.

Sampai kemudian dua hari kemarin, saya menerima kenyataan yang sangat mengejutkan. Seumur-umur saya ngga pernah ngalamin yang seperti itu. Hati terkoyak-koyak ngga karuan. Seolah ada lubang hitam di dada, dan seketika jadi terasa sesak. Untungnya saya hidup di dalam Tuhan, kalo ngga mungkin saya langsung emosi dan membuat semua orang sakit hati.

Dan setelah kepala saya mendingin malah muncul seribu kalimat yang berawalan, "What if..."

Saya baru ngerasa kalo hidup saya beneran kayak sinetron. Saya mau cerita juga rumit banget. Saking rumitnya saya bahkan belum curhat ke siapa-siapa soal masalah saya ini. Mau minta nasihat juga susah, wong saya cerita aja susah jelasinnya. Mungkin juga salah satu alasannya karena saya ngga mau seolah-olah mengulang mimpi buruk dengan mulut saya sendiri, atau mungkin juga karena saya tidak mau menerima kenyataan? Semuanya memang terasa fana sampai detik ini juga buat saya.

Saya hancur.

Saya cuman doa, dan doa... dan doa biar hati saya dikuatkan.

Agar rasa sakit ini hilang.

Agar ada terang di tengah kegelapan.

Agar Tuhan ikut campur tangan menyelesaikan masalah.

Dan kemudian saya pun mengambil keputusan, saya tidak akan menceritakan hal ini pada siapa-siapa sampai saya dapat melihat ujungnya, sampai saya merasa damai sejahtera, sampai saya benar-benar mengerti rencana Tuhan di balik ini semua. Karena saya tidak mau nantinya... ketika saya curhat soal masalah ini... saya malah menghina dia dan orang itu. This is nobody's fault. But you can say this is all my fault... who never try hard enough to get what I want.

Dan, saya pasrah. sama. Tuhan.

Saya terima. Apapun hasilnya nanti.