Setumpuk buku di depan mata, secangkir teh di samping, dan jika ditambah dengan alunan lagu ringan yang enak didengar, maka akan sempurnalah ritual 'reading time' yang selalu saya lakukan jika ingin menghabiskan waktu dengan membaca buku.
Biasanya ketika saya ingin mendengarkan lagu, saya harus menyalakan laptop terlebih dahulu, kemudian menambahkan semua musik di semua folder ke dalam winamp player dan satu hal yang merupakan kebiasaan saya adalah me-setting random playlist. Saya pun tenggelam dalam penghayatan yang lebih khusyuk dalam buku yang saya baca ketika mendengar alunan lagu yang sendu hingga tiba-tiba si winamp memutarkan lagu Veronica Maggio - Snälla bli min, lagu yang sering saya dengarkan ketika saya jatuh cinta dengan dia.
No, let it be like in a movie
Please be mine again
Let me stay behind
Yeah, let it be)
Mau tidak mau pikiran saya langsung melayang pada dia, si rambut coklat, tinggi, putih, berlidah tajam. Apa kabarnya dia sekarang? Apa dia sedang berbahagia dengan orang itu, orang yang dahulu saya panggil sebagai sahabat baik? Saya ingat ketika dulu saya sering melewatkan waktu dari hari ke hari, jam ke jam, pagi, siang dan malam, hanya membicarakan si pria rambut coklat dengan teman baik saya.
Suatu hari saat saya memutuskan untuk 'menembak' si rambut coklat, teman saya itu sangat kaget dan mendorong saya mengejar pria itu. Keesokan harinya dia menyuruh saya memberikan lagu Jason Mraz - I Won't Give Up pada pria itu sebagai pemberitahuan bahwa saya tidak akan menyerah akan dirinya. Kami berdua kemudian malah berkaraoke menyanyikan Milow - You And Me, setelah sebelumnya dia mengatakan menginginkan seorang teman yang akan selalu berada di sisinya hingga usia senja. Saya pikir dia mau saya sebagai orang itu, ternyata tidak.
Sungguh, setelah hampir setahun berlalu, saya sendiri masih merasa dada tertusuk sepuluh tombak mendengar ketiga lagu di atas. Bahkan sempat saya tidak pernah memutarkan winamp selama beberapa waktu karena saya takut mendengar lagu tersebut secara tidak sengaja. Saya penasaran bagaimana perasaan orang itu, orang yang dulu saya panggil sebagai sahabat terbaik saya itu ketika mendengar ketiga lagu di atas? Apakah hati kecilnya sudi mengingat saya dan setidaknya merasa bersalah akan kenangan pahit kami? Ataukah dia mematikan hati nuraninya dan menganggap bahwa saya ini tidak pernah ada di dalam hidupnya?
Saya sendiri pun sangat menyesali kesemuanya. Tapi, saya tidak menyesal memutuskan hubungan persahabatan kami. Sama sekali tidak pernah. Sampai sekarang pun saya berpikir bahwa hal itu adalah jalan terbaik untuk diri saya sendiri. Yang saya sesalkan adalah tindakan saya. Kenapa saya memutuskan untuk mempercayai wanita itu? Kenapa saya memutuskan untuk membicarakan hati saya pada wanita itu? Kenapa juga waktu itu saya malah sok berlagak that I'm okay while I'm not okay di depannya? I should've shown her THAT I WASN'T OKAY AT ALL... and THAT--THAT is my biggest regret. Salah saya karena waktu itu saya sedang menguji takdir.
Seandainya waktu berbalik, saya akan menampar dirinya dan berteriak, "I'M NOT OKAY!"
Namun, di balik itu semua, saya dapat mengambil satu pelajaran berharga. Saya tidak akan pernah lagi berpura-pura pada orang lain.
Tidak akan!