Selalu aja muncul perasaan aneh seolah-olah dada remuk redam kalo dengar kasus yang melibatkan anak-anak. Belakangan gw ngeliat di TV soal anak SD yang bunuh teman sebayanya gara-gara 1000 rupiah. Gw ngebayangin kalo masa kecil si pelaku akan dihabiskan di penjara dan belum lagi sekelumit permasalahan psikologis sebagai dampak kasus itu. Miris banget ngeliatnya. Bagaimana jika seumur hidupnya dia akan selalu dibayangi oleh kasus itu, dan dia akan selalu dipersalahkan oleh lingkungannya, dicap sebagai pembunuh, dsb? Paling bahaya lagi kalo dia malah mempercayai apa kata orang bahwa dia adalah pembunuh dan kemudian dia berubah sungguhan menjadi pembunuh sadis? Sedih banget kalo begitu >___< (padahal kan' penyebab utamanya karena si anak sering nonton film yang mengandung kekerasan)
Masa kanak-kanak itu adalah masa terpenting karena di tahap inilah seseorang mulai membentuk karakternya. Kalo menurut gw, entah itu bokapnya pembunuh berantai atau ibunya psikopat kejam, tapi kalo anak mereka dididik dengan baik, anak siapapun itu akan menjadi anak yang baik pula. Sebaliknya juga demikian, meskipun ibunya seperti Mother Teresa sekalipun, tapi kalo tidak dididik dengan baik, yah begitulah...
Eh, tapi ngga tauk juga sih soalnya gw juga sedikit 'ditelantarkan' oleh orangtua gw karena gw dibiarkan nyaris 24 jam diasuh oleh pembantu
Gw teringat pada seseorang yang pernah gw kenal di masa lalu. Dia sudah menikah beberapa tahun, tapi istrinya tak kunjung memberikan anak. Dia bingung karena di dalam hatinya yang paling dalam, dia ingin menceraikan istrinya karena hal tersebut, tapi dia juga tidak mau menyakiti hati istrinya. Kemudian gw secara entengnya ngomong ke dia, "Kalo masalahnya cuman karena anak, mending angkat anak aja dari Panti Asuhan. Semua anak kan' sama aja. Mereka sama-sama anak titipan Tuhan."
Orang itu menolak mentah-mentah saran gw. Alasannya karena dia percaya dengan genetik dan karma, dan segala hal yang berkaitan dengan itu. Dia bilang, "Misal yah kamu itu nanti punya anak. Gw percaya anak kamu pasti baik karena kamu juga orang yang baik. Tapi kalo kita angkat anak yang ngga jelas, belum tentu dia bakal jadi anak yang baik karena siapa tahu orangtuanya bukan orang baik."
Balik lagi ke topik anak yang bunuh temannya tadi. Gw sama sekali ngga percaya kalo faktor genetik menentukan karakter seseorang. Gw ngga setuju kalo ada yang bilang anak itu berkelakuan tidak baik karena ibunya bukan orang baik-baik. Walau sebenarnya bisa juga sih dikatakan anaknya menjadi seperti itu karena salah ibunya juga.
Seorang anak kecil itu sangat rentan akan pengaruh dari lingkungannya. Walau mungkin sepele, tapi sebaiknya para orangtua menjaga baik-baik akan tontonan anak-anaknya. Karena menurut gw, TV zaman sekarang adalah jelmaan iblis yang hendak menularkan roh-rohnya ke banyak orang.
Coba dong contoh salah seorang teman gw yang melarang anaknya menonton segala film, sinetron dan terutama film horor (Jadi, anaknya cuman dibolehin nonton kartun doang. Itu pun juga diperhatiin materi kartunnya. Kalo misalnya si tokoh kartunnya ngelawan orangtua atau mengandung unsur-unsur lainnya yang tidak baik, si anak ngga boleh nonton kartun itu.). Dalam hati gw berpikir, 'oke, gw ngerti kenapa anaknya dilarang nonton film dan sinetron, tapi kenapa horor juga dilarang? Bukannya malah bisa ngelatih anak untuk berani sama setan?' Teman gw jawab, "Gw ngga mau nantinya anak gw malah ketakutan dan akhirnya malah jadi lebih takut sama hantu daripada takut sama Tuhan. Pokoknya sebelum mereka bisa berpikir sendiri mana yang baik dan mana yang tidak baik, gw harus memberikan pengetahuan yang sebanyak-banyaknya sama mereka mana yang baik dan mana yang tidak baik."
Gw pikir-pikir bener juga sih. Sebenarnya sumber awal kita-kita takut sama setan atau hantu atau apalah itu namanya, karena dari kecil kita udah didoktrin bahwa mereka itu mengerikan dan bisa mengancam hidup kita. Padahal, setan-setan juga takut sama kita kalo kita punya iman yang ngga takut sama mereka. Oleh karena itu, para orangtua harus benar-benar berwaspada sama lingkungan sekitar. Kalo perlu bertindaklah ekstrem kayak teman gw yang di atas. Dia bahkan ngomelin mamanya dan adek-adeknya sendiri ketika mereka secara tidak sadar memberi doktrin yang tidak baik. Seperti misalnya mereka menakuti-nakuti si anak teman gw karena dia keluar dari rumah malam-malam dengan perkataan, "Hiiii, nanti dimakan gondoruwo loh."
Pokoknya hati-hati deh akan perkataan dan tindak-tanduk kita terhadap anak. Walau mungkin mereka ngga banyak omong dan protes sedikitpun, tapi tiap kalimat dan tindak-tanduk orang dewasa dapat terekam terus di dalam benak seorang anak. Dan untuk mengatasi hal tersebut pun dibutuhkan proses yang sangat sulit dan juga waktu yang mungkin dapat berlangsung seumur hidup mereka.
iya beneer bener. anak2 kan beo yang baik. jadi denger apa juga langsung deh diikutin..
ReplyDeletegua juga ga setuju kalo dibilang faktor genetik menentukan karakter seseorang. kemaren waktu pre-marital class diajarin kalo anak umur 1-5 tahun itu adalah masa2 golden age yang akan menentukan karakternya kelak. apa yang mereka serap di umur segitu, itulah bekal mereka nanti.
ReplyDeleteklo masalah ambil anak dll sih, cuma satu yg g percaya, Tuhan nitipin anak2 na ama kita dengan berbagaimacam jalan, balik ke kitanya lagi, mau ambil jalan itu atau enggak :)
ReplyDeleteklo faktor genetik sih hmm... g bukannya mau bandingin hewan sama manusia yah, macan klo di pelihara aja bisa ga gigit majikannya kok! jadi balik ke kitanya lagi sih :)
jaman saya kecil dulu seneng banget nonton tv banyak kartun, sekarang sudah jarang :(
ReplyDeleteSetuju sih, kalo anak didik dengan salah nanti bakalan kaya di novel "Salah Asuhan" (walaupun gua belum pernah baca novelnya sama sekali)
ReplyDeleteIntinya, anak adalah cerminan orang tuanya, kalo anaknya nggak bener, pasti orang tuanya juga nggak bener.
Kalo anak gua sih, kayanya bakalan cakep-cakep, secara induknya juga cakep.
iya betul sekalai di kota saya juga pernat terjadi seperti itu.,.,., ngeri.,.,
ReplyDelete