"Do you love me?"
Saya bingung pas kamu tanya begitu. Kamu tahu betul bagaimana saya.
Kamu tahu ada yang salah sama saya.
Saya yang belakangan ini selalu marah-marah ngga jelas ke kamu.
Dan semuanya berhubungan dengan orang-orang yang dekat denganmu, wanita-wanita yang lain.
Saya yang ngga bisa jawab 'iya' ke pertanyaan kamu, juga ngga bisa bilang 'engga'.
Ngga bisa jawab 'iya' karena kamu udah punya komitmen sama seseorang, dengan temanku yang tiba-tiba menghilang ngga jelas.
Ngga bisa jawab 'iya' karena saya masih ada rasa dengan yang dahulu, saya takut kamu menjadi pelarian saya, dan juga takut disakiti lagi.
Ngga bisa jawab 'engga' karena entah kenapa perasaan saya bilang bahwa kamu ingin saya jawab iya ke kamu. Saya takut menyakiti kamu dan harapan kamu.
Saya tahu jawaban 'iya' akan membuat semuanya menjadi rumit.
Kamu yang bukan tipe pria yang saya harapkan, memiliki perspektif berbeda tentang perkawinan dan anak-anak.
Kamu, teman baik saya, satu-satunya orang yang bisa saya ajak bicara mengenai segala sesuatu, sangat membenci anak-anak dan meragukan komitmen pernikahan.
Jika bersama kamu, saya harus mengorbankan mimpi masa depan saya.
Jika bersama kamu, saya akan menghadapi konflik besar dengan keluarga, teman, dan mungkin akan menghancurkan diri saya sendiri.
Saya yang tidak bisa hidup dalam masa depan seperti itu, mau ngga mau, membunuh perasaan saya dan bilang 'engga' ke kamu.
Dan setiap harinya sejak memberikan jawaban 'engga' itu, saya hidup akan konsekuensinya.
Bahwa kamu tidak akan pernah menjadi milik saya, tidak boleh bermimpi tentang kamu, dan harus menarik garis jarak yang tegas antara kamu dan saya.
Tetapi kamu, teman baik saya, yang benar-benar tahu dan mengerti saya, sangat sadar akan perasaan saya dan mencoba mengaburkan garis tegas tersebut.
Dan mungkin juga kamu menguji ketahanan dan batas yang bisa saya tempuh untuk terus berbohong ke kamu dan diri saya.
Kamu terus-menerus melakukan hal-hal yang tidak pernah kamu lakukan ke saya, hal-hal yang membuat saya terpesona.
Untungnya tidak dalam dosis tinggi yang mampu membuat saya tidak tahan lagi berbohong.
Tapi, tetap saja...walau demikian, saya merasa bahwa saya harus jujur sepenuhnya ke kamu.... bahwa saya ngga bisa jawab 'iya' dan juga ngga bisa jawab 'engga'.
Bahwa iya, saya ada rasa ke kamu.
Bahwa engga, saya ngga bisa menyakiti kekasih kamu yang siapa tahu akan muncul tiba-tiba.
Dan juga mustahil, karena kamu akan membunuh impian masa depan saya.
Dan juga sangat mungkin, jika memang kamu jodoh yang digariskan Tuhan untuk saya dan entah bagaimana, kamu merubah perspektifmu demi saya dan kamu mau mewujudkan mimpi saya.
Haish, hidup memang rumit, kawan.
Tapi saya tahu, my God is not rumit God.
Kalau kamu jodoh saya, segala sesuatunya akan menjadi sempurna. Amin.
mampir sejenak..apa kabar Freya?
ReplyDeleteiya say, kalo emang jodoh nanti ada jalannya dan pasti dipermudah kok :)
ReplyDelete