Life is not perfect, and yet she held that 'imperfectness' close to her heart so she can never dream too high. So she never demand too much from life.




Dia anak tertua dalam keluarganya. Lahir dari keluarga terpandang, ayah yang terkenal paling tampan dan ibu yang berasal dari keluarga nan makmur, namun penuh drama. Saya mungkin tak tahu bagaimana beliau menjalani hari-harinya di masa muda. Namun, saya mengenalnya di hari tuanya, masa keemasan beliau.

Rambut kapas berwarna putih sempurna, rokok filter di tangan, dan suara tegas menenangkan. Buat saya, dia adalah wanita tua yang paling menarik yang pernah saya kenal. Dua puluh tahun lebih muda dari nenek saya, dan dua puluh tahun lebih tua dari mami saya. Sikapnya yang tenang dan tidak pernah tersulut emosi ini membuat saya terheran-heran seumur hidup saya, apa benar dia ada hubungan darah dengan nenek dan mami saya?

Ibaratnya adalah mami dan nenek saya itu tergolong makhluk satu spesies sejenis, yaitu makhluk-makhluk perfeksionis, berlidah pisau, dan mungkin sama-sama mempunyai penyakit High Achievement Syndrome dan OCD (Obsessive Compulsive Disorder) secara sekaligus. Kalau bisa saya gambarkan, mereka berdua adalah landak berduri yang selalu melukai orang-orang di sekitar mereka yang berada di dekat mereka.

Sedangkan, wanita itu adalah satu spesies yang benar-benar berbeda. Ia tak pernah sama sekali merendahkan orang lain. Tak pernah sama sekali menebarkan bibit kepahitan. Tidak seperti ibu dan adik-adiknya.

Banyak yang bilang dia adalah wanita yang sangat pintar di masa mudanya, dan juga sangat cantik bak bintang film jaman dahulu, walau kecantikannya masih kalah dengan adik nomor ketiganya. Anak-anaknya juga kurang lebih mewarisi genetiknya. Luar biasa pintar dengan penampilan fisik sangat rupawan dan hidup bergelimang harta. Hal itu jugalah yang membuat anak-anaknya seolah lupa daratan dan tinggi hati hingga banyak orang bersikeras untuk menghujani keluarga tersebut dengan dendam-dendam masa lalu.

Tak sedikit orang yang bersumpah untuk memutuskan hubungan darah dengan keluarga tersebut ketika wanita tua atau ibu dari anak-anak itu meninggal suatu hari nanti.

Saya pribadi sangat mengagumi sosok wanita tua ini. Meski anak-anaknya sudah melakukan hal-hal yang tidak termaafkan sekalipun, wanita ini tetap bisa bersikap positif kepada orang lain maupun kepada anak-anaknya. Beliau tahu benar bahwa bersikap negatif tidak akan membawa hasil apapun. Unlike my mom. I still can't believe they both have the exact same blood.

Dia seolah sadar bahwa setiap orang memiliki dua sisi yang tak terelakkan, sisi negatif dan sisi positif. Dua hal yang harus selalu diterima oleh diri sendiri dengan lapang dada. Dia membuat banyak orang belajar, termasuk orangtua saya bahwa hidup itu ngga perlu sempurna. Bahwa hidup itu tak harus hanya yang baik-baik saja dan lalu membuat kamu harus menuntut, menuntut dan menuntut agar hidup menjadi sempurna.

Mungkin benar bahwa wanita tua itu tergolong sempurna. Paras menarik, cerdas, dan hidup bertabur harta sejak muda. Banyak orang takjub dan iri dengan kehidupan wanita ini. Tapi, wanita ini juga sudah mengalami banyak hal. Hal-hal yang mencoreng besar label 'kesempurnaan' yang bahkan bisa mengubah orang biasa menjadi gila dalam semalam. Tapi, apa yang dilakukan wanita tua ini? Dia menerima semuanya itu dengan lapang dada. Dia menerimanya tanpa harus menjerit histeris dan menyalahkan seluruh dunia beserta isinya.

Dia wanita kuat yang mengajarkan orang lain bahwa dengan bergerak maju ke depan, walau sesulit apapun, walau harus dengan merangkak sekalipun, asalkan tetap bergerak maju ke depan dan bersikap positif tanpa harus menyakiti orang lain, tanpa harus merendahkan dan menginjak-injak orang lain, maka segalanya akan baik-baik saja. Dia adalah wanita tegar yang mengajarkan orang lain bahwa ada setitik harapan di tengah-tengah neraka sekalipun.

Dia adalah wanita mengagumkan yang dengan suara tegas dan penuh otoritas, memberikan harapan pada orang-orang yang membutuhkan.

Jujur saja saya masih belum bisa mengucapkan selamat tinggal sama beliau. Saya masih ngga percaya saya ngga bisa bertemu dengan beliau lagi. Saya masih ingat dengan cara dia memanggil nama saya. Saya masih ingat nasihat terakhir dia setahun lalu ketika saya bertemu dia terakhir kalinya. I'm gonna miss you terribly, my dear old mother. You're like the mother I never have. And I'm so grateful to have you as my aunt. Deep down I'm screaming in my heart that I still need you.

Dan nasihat terakhir maktua.... Saya janji akan berusaha melakukan nasihat terakhir maktua dengan sungguh-sungguh. Saya sedih maktua ngga akan ada di pernikahan saya suatu hari nanti. I'm sorry that I still can't say goodbye to you. But, I hope you rest in peace, my dear old mother.





7 Comments

Don't be shy. Just say anything you want, but please don't spam.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...