Seperti orang linglung, sudah dua minggu ini saya kehilangan arah
Berjalan dan terus berjalan, tapi tak tahu hendak kemana
Sudah dua minggu ini saya tidak bicara dengan kamu

Ketika tak sengaja menumpahkan segala lagu di hard drive laptop ke dalam playlist lagu,
suara Tom Chaplin lalu mengalun merdu


I lie in the dark
Feel I'm falling
Feel your hand on my back here
Your voice calling


'Silenced by the night' by Keane
Ugh, burn. That's so me right now.
 
Saya teringat saat kamu masih tergila-gila pada saya
Mulut kamu tidak pernah semanis madu,
apalagi menyulam kata-kata rayuan yang biasa kau lemparkan pada semua 'mainanmu'

Kau hanya duduk di sana, berbicara tanpa memakai topeng
Berbicara mengenai hal-hal kecil tak berarti
Film yang kau benci, anggota girl band cantik kesukaanmu
Lagu yang kau dengar hari itu, makanan apa yang kau makan

Dua tahun. Selalu seperti itu. In most of days.

Di hari lain, kamu membuat saya kesal setengah mati.
Mengkritik penampilan saya, mengkritik kepercayaan saya, mengkritik saya,
mengkritik Tuhan, mengkritik orang-orang bodoh di sekitar kamu, 
mengkritik pria-pria yang pernah singgah di hati saya

Lalu keesokan harinya, kau selalu datang dan meminta maaf singkat.
Terlalu singkat, seolah-olah hal yang lalu tidak pernah terjadi.
Seolah-olah kamu hanya menginjak kotoran, dan dengan mudah kamu mencucinya dengan air.
Seolah-olah pertengkaran yang lalu tidak ada artinya.

Anehnya, seperti sihir, saya tidak merasa keberatan.
Kita kembali pada obrolan-obrolan biasa yang tak berarti
Dan lalu, saya hanya menyimpan semua kata-kata menyakitkan kamu di hati
'He didn't mean it,' itu yang selalu saya katakan pada diri saya.

Dua minggu lalu, kamu benar-benar memilih waktu yang salah untuk mencari masalah
Semua kata-kata menyakitkan yang pernah kau katakan muncul kembali untuk kesekian kalinya.

Saya lelah.

Lalu, saya pun bertanya.

"Why are you saying this? You offended me."

"Oh, well I don't care if I offended you."

Oh, I see now. The cat is definitely come out from the box.
Saya mengerti sekarang betapa kecilnya arti diri saya untuknya hingga dia merasa bahwa dia tak perlu berkata-kata bagus pada saya.
Sekarang saya mengerti kenapa dia selalu bermulut jamban ketika berbicara dengan saya.
Saya sepenuhnya mengerti sekarang.

Beberapa hari kemudian, seperti biasa kamu bersikap biasa seolah-olah pertengkaran kemarin tidak pernah terjadi.
Namun, saya tetap saja berjalan tidak menghiraukannya.

Sudah dua minggu sekarang. Dua minggu dimana saya menghindari kamu habis-habisan.
Dua minggu tanpa kehidupan di dunia maya. Dua minggu dengan nomor baru. Dua minggu without my true self. Dua minggu tanpa kamu.

Dan dalam dua minggu, kamu sepenuhnya tidak menghiraukan saya lagi.
Dua minggu, kamu berhenti mencoba.
Dua minggu, saya merasa kehilangan sesuatu.
Dua minggu, saya berjalan tanpa diri saya.
Dua minggu, saying goodbye to you.

Dua minggu, saya tergoda untuk menekan namamu di handphone dan berbicara lagi kepadamu.
Tapi, sesuatu menghalangi saya, berkata bahwa dia adalah orang yang harus saya singkirkan dalam hidup saya.
Bahwa dia membuat hidup saya menjadi tidak sehat.
Bahwa saya tidak boleh berbicara dengannya lagi.
Bahwa takdir saya dengannya harus segera berakhir jika saya ingin menjalani hidup saya dengan tenang.

Logika saya menyetujuinya.
Doakan semoga saya bisa bertahan.

Dari dua minggu, dua tahun, dua puluh tahun, dua abad.

Goodbye, J.







One Comment

  1. huahuahuaaa.. gue juga begitu Frey, emang susah buat ngelupain sesorang yang seenganya pernah menemani kita dalam yah, kurun waktu yang lumayan lah, kek uda terbiasa gitu kan, cuma pertanyaannya sampe kapan dengan keadaan yang sepeti itu terus? apa kita masih sanggup bertahan? haduuh, gampang siy Frey buat ngomong begini ke orang laen, tapi begitu dibalikin ke diri sendiri. ooo tidaaak, syusyaaahnyaa. hehehe.. jadi aku doain biar Freya tetep semangat dalam menjalani hari2nya. Aamiin.^^

    ReplyDelete

Don't be shy. Just say anything you want, but please don't spam.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...